Abstract
As the growing human population in the world, the
competition in search of work is also getting tougher. Every company tries to find skilled personnel and has competence. The competence consists of technical skills (hard
skill) and non-technical (soft skill). Hard skills are the technical skills
associated with particular job domains such as engineering, marketing, finance,
or construction. They are called hard skills because of their special, real,
and often observed. Hard skills can easily get by learning and practicing
working on the problems. Hardskill can
be assessed from the technical test or practical test. Soft skills are usually
difficult to be observed and measured. The skills needed for everyday life as
well is needed in terms of employment. Relate to each other, communicate, listen,
engage in dialogue, to work together as a team member, to solve the problem is
some of the activities that require these skills. These skills can be
categorized into two main categories, interpersonal skills, and interpersonal
skills. As for soft skills, many of us know that someone softskill determined
by a person's benchmark in developing soft skill. Softskill itself would appear
if someone has found himself and desire to change ourself. Soft skills and hard
skills are the two things complement each other. Both are very important for
success in harsh working environments.
Keywords: hard skill, learn, soft skill
Pendahuluan
Seiring
bertumbuhnya populasi manusia yang ada di dunia, maka persaingan dalam mencari
kerja juga semakin ketat. Perusahaan berlomba-lomba untuk mencari pegawai yang
terampil dan memiliki kompetensi. Kompetensi bisa diartikan sebagai kemampuan,
perlengkapan, elemen atau hasil keluaran pembelajaran, dan keahlian. Kompetensi tersebut terdiri dari keterampilan teknis
dan non-teknis. Keterampilan teknis atau biasa disebut Hard skills diartikan
sebagai cara-cara teknis yang mudah diamati, ditinjau, dan diukur. Sedangkan,
keterampilan non-teknis atau soft skills adalah “keterampilan manusia”
tidak mudah dilihat walaupun sangat dibutuhkan dalam kehidupan bekerja.
Keterampilan ini dapat dikategorikan ke dalam 3 kategori utama, yaitu
sifat-sifat personal, keterampilan interpersonal, serta keterampilan intrapersonal.
Kemper
dan McMurchie dalam Agustin (2009), mengatakan bahwa Hard skills dan soft skills
saling melengkapi satu sama lain. Hal ini mengindikasikan
bahwa pekerja yang unggul adalah pekerja yang memiliki keterampilan teknis dan
perilaku yang baik. Jadi, untuk menghasilkan performa yang maksimal,
seseorang harus memliki kompetensi yang seimbang, antara kemampuan teknis dan
non-teknis (perilaku).
Hard
skills bisa
didapatkan dari pembelajaran atau kegiatan akademik di sekolah, perguruan
tinggi maupun dari para ahli di bidangnya. Sedangkan soft
skills bisa didapatkan dari kegiatan non akademis
atau berorganisasi. Soft skills bukan hanya positif jika dibentuk
sejak dini, karena pengembangan diri terus berjalan hingga seseorang semakin
tumbuh dewasa dengan beragam masalah dan kendalanya yang berbeda-beda. Soft skill juga dapat terbentuk akibat lingkungan sekitarnya. Lalu manakah
yang lebih penting antara Soft skill
dan Hard skill di dalam kantor?
Hard skill
Hard
skill
adalah kemampuan teknis yang berhubungan dengan domain pekerjaan tertentu
seperti teknik, pemasaran, keuangan, atau konstruksi. Mereka disebut Hard skill karena mereka khusus, nyata,
dan sering diamati. (Hawkins, 1999).
Sedangkan menurut Basir
(2011) Hard skill adalah
kemampuan yang biasa dipelajari di sekolah atau universitas yang memiliki
tujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan subyek
yang dipelajari. Hard skill bisa diukur dengan melakukan tes yang ada hubungannya dengan bidang yang
dipelajari. Bisa dikatakan bahwa Hard
skill bersifat kasat mata atau nyata.
Hard
skill
adalah pengetahuan dan kemampuan teknis yang dimiliki seseorang. Pengetahuan
teknis yang meliputi pengetahuan mengenai desain dan keistimewaan dari produk
tersebut, mengembangkannya sesuai dengan teknologi, mampu mengatasi masalah
yang terjadi serta menganalisis kegunaan produk dalam usaha untuk
mengidentifikasikan ide-ide baru mengenai produk ataupun pelayanan tersebut (Islami,
2012).
Menurut Fachrunissa dalam Utomo (2010), kemampuan hardskill adalah
semua hal yang berhubungan dengan pengayaan teori yang menjadi dasar pijakan analisis
atau sebuah keputusan. Hardskill dapat dinilai dari technical test atau
practical test.
Disisi lain
Sailah (2008) Hard skill yaitu
penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan
dengan bidang ilmunya (insinyur mesin tentunya harus kompeten dalam pengetahuan
permesinan, dokter harus mumpuni dalam ilmu kedokteran, demikian pula profesi
yang lainnya). Bila setiap profesi dituntut mempunyai Hard skill yang berbeda-beda, tidak demikian dengan Soft skill, karena keterampilan ini
merupakan kompetensi (keterampilan,skills) yang seharusnya dipunyai oleh semua
orang, apapun profesinya.
Sedangkan menurut Utomo (2010) Hard skill menggambarkan
perilaku dan keterampilan yang dapat dilihat mata (eksplisit). Hard skill adalah skill yang dapat menghasilkan sesuatu sifatnya visible
dan immediate.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hard skill
merupakan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya yang dapat diamati dan
diukur, didapatkan dengan mempelajari ilmunya dan juga bisa didapatkan dari
orang yang sudah ahli dan berpengalaman di bidangnya.
Di dalam dunia perkantoran, Hard skill merupakan suatu keterampilan
yang harus dimiliki oleh orang yang bekerja di dalam kantor. Hal ini
dikarenakan, tanpa adanya keterampilan, kinerja kantor tidak akan maksimal.
Mayoritas pekerjaan di kantor membutuhkan keterampilan teknis ini. Berikut adalah
contoh dari Hard skills dalam kegiatan kantor:
·
Keahlian dalam
mengetik
·
Keahlian dalam
bidang keuangan
·
Teknisi computer
·
Keahlian dalam
bidang IT
·
Keahlian dalam
bidang kearsipan
·
Keahlian dalam
bidang administrasi
Soft Skill
Soft skill biasanya sulit
untuk diamati dan diukur. Keterampilan ini
diperlukan untuk kehidupan sehari-hari seperti juga
dibutuhkan dalam hal pekerjaan. Berhubungan
dengan satu sama lain, berkomunikasi,
mendengarkan, terlibat dalam dialog, bekerja sama sebagai anggota tim,
memecahkan masalah merupakan beberapa kegiatan yang
membutuhkan keterampilan ini (Coates, 2007).
Menurut
Islami (2012) soft skill adalah keterampilan seseorang
dalam berhubungan dengan orang lain (Interpersonal
skills) dan keterampilan dalam
mengatur dirinya sendiri (Intrapersonal
skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal.
Wicaksana (2012) mengatakan bahwa Soft skills adalah sebuah
istilah dalam sosiologi tentang EQ (Emotional Intelligence Quotient) seseorang,
yang dapat dikatagorikan /klusterkan menjadi kehidupan sosial, komunikasi,
bertutur bahasa, kebiasan, keramahan, optimasi.
Sedangkan
menurut Basir (2011) Soft
skill adalah sesuatu yang tak kasa mata/ imajiner/ abstrak. Soft skill tidak
dipelajari secara langsung baik di sekolah maupun universitas. Soft skill bisa didapatkan di lingkungan
sekitar. Soft skill juga dapat
terbentuk sesuai dengan lingkungannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa soft skill adalah keterampilan yang
tidak dapat diukur dan diamati. Hal ini dikarenakan, soft skill tidak memiliki tolak ukurnya. Keterampilan ini terbentuk
melalui hubungan diri dengan lingkungan sekitarnya juga keinginan dalam
dirinya. Keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam dunia perkantoran. Karena di
dalam kantor, kita tidak bisa bekerja sendiri dan harus bersinergi dengan
karyawan yang lain. Hal ini akan menciptakan kinerja yang baik di dalam kantor.
Terdapat dua jenis soft
skill menurut Wicaksana (2012), Intra-personal skill dan Inter-personal skill. Intra-personal skill adalah keterampilan seseorang dalam mengatur
dirinya sendiri. Sedangkan inter-personal skill adalah keterampilan
seseorang dalam berhubungan dengan
orang lain. Keduanya berfungsi untuk pengembangan kerja secara
optimal. Berikut ini merupakan contoh dari kedua jenis
keterampilan tersebut.
Contoh Intra-personal skill:
·
Manajemen stress
Manajemen stres merupakan suatu
keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk mengantisipasi, mencegah,
mengelola dan memulihkan diri dari stres yang dirasakan karena adanya ancaman
dan ketidakmampuan dalam coping yang dilakukan.
·
Manajemen waktu
Manajemen waktu adalah kemampuan untuk mengalokasikan waktu
dan sumber daya (yang terbatas) untuk mencapai tujuan yang kita kehendaki.
Untuk dapat memanajemen waktu yang tepat, kita harus cermat dalam mengatur
porsi baik untuk beribadah, untuk diri sendiri, untuk bekerja, bahkan untuk
kegiatan sosial yang lain.
·
Berpikir kreatif
Berpikir
kreatif sebenarnya adalah kemampuan untuk melihat sesuatu yang tidak terlihat
sebelumnya, menciptakan sesuatu yang baru atau memodifikasi sesuatu yang
sudah ada.
·
Bertanggung jawab
Bertanggung
jawab adalah berkewajiban menaggung, memikul, menanggung segala
sesuatunya,dan menanggung akibatnya atas segala yang telah dilakukan.
·
Bersikap Jujur
Jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui,
berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan
kebenaran". Dalam praktek dan penerapannya, tingkat kejujuran seseorang
biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang
dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi.
·
Berperilaku
adil
Suatu
sikap yang tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena
pertemanan, persamaan suku, bangsa maupun agama.
|
Contoh inter-personal skill:
·
Kemampuan memotivasi
Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan
suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau
rangsangan atau "daya penggerak" yang ada dalam diri seseorang.
·
Kemampuan bekerjasama
Kerjasama adalah pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh
individu tapi dikerjakan secara bersamaan oleh dua orang atau lebih
dengan tujuan agar pekerjaan tersebut menjadi lebih ringan. Dengan kerja sama
maka kita juga dapat mewujudkan salah satu ciri khusus masyarakat Indonesia
yaitu meyelesaikan pekerjaan dengan gotong royong dan menemukan jalan keluar
dengan musyawarah. Dalam kerjasama tentunya ada beberapa aturan yang harus
dijadikan landasan sehinga untuk menjalankan kerjasama tersebut terjalin rasa
saling di untungkan.
·
Kemampuan negosiasi.
Negosiasi
adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan
diantara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda.
·
Kemampuan komunikasi
Kemampuan
komunikasi adalah kecakapan atau kesanggupan penyampaian pesan, gagasan, atau
pikiran kepada orang lain dengan tujuan orang lain tersebut memahami apa yang
dimaksudkan dengan baik, secara langsung lisan atau tidak langsung.
·
Kemampuan
beradaptasi
Adaptasi
adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
hidupnya. Kemampuan beradaptasi merupakan suatu perilaku yang sangat
kompleks karena didalamnya melibatkan sejumlah fungsi dan intelektual.
Orang-orang yang mengenal emosi mereka sendiri dan
mampu dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam
pekerjaan mereka. Hal tersebut terdiri atas lima dimensi :
·
Kesadaran diri -
sadar atas apa yang anda rasakan
·
Manajemen diri –
kemampuan mengelola emosi dan dorongan- dorongan Anda sendiri
·
Motivasi diri –
kemampuan bertahan dalam menghadapi kemunduran dan kegagalan
·
Empati –
kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
·
Keterampilan
sosial – kemampuan menangani emosi-emosi orang lain.
Hard skill dan Soft Skill
Untuk menjawab pertanyaan apakah manusia memiliki Hard skill dan Soft skill yang baik maka kita perlu
melihat keadaan tiap individu, apakah itu keadaan fisik, ekonomi, lingkungan,
keluarga dll. Dalam
kehidupan ini individu
tidak terbebas dari kondisi yang memuaskan atau menyenangkan dan ataupun
kondisi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ditambahkan juga bahwa
seseorang harus mensikapi kondisi tersebut apakah memuaskan atau menyenangkan
disikapi dengan cara meluap-luap sehingga lupa diri, ataukah menyikapinya dengan cara yang sederhana bahwa dalam hidup
ada saatnya menyenangkan dan ada saatnya tidak menyenangkan. Demikian juga
apabila kondisi tidak atau kurang meyenangkan bagaimanakah individu menyikapinya apakah dengan cara menyalahkan diri sendiri
dan orang lain atau bahkan menyalahkan lingkungan dengan berlebihan, sehingga
timbul antipati. Kedua kondisi tersebut harus disikapi dengan sikap optimis,
menerima sebagaimana adanya tidak pesimis apalagi mengeluh dan menyalahkan diri sendiri. Dalam hal bersikap, individu harus dapat menerima kenyataan sebagaimana adanya dengan penuh harapan bahwa
segala sesuatu akan berakhir dengan tetap mencari solusi yang benar tidak
merugikan diri sendiri dan orang lain ataupun lingkungan. Harus terbina pada
diri individu sebagai hasil pendidikan terutama oleh pendidikan diri sendiri
bahwa dalam hidup tidak tidak selalu terjadi sesuai dengan yang diharapkan.
Kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain serta lingkungan sebagaimana
adanya dan selalu berusaha berbuat yang terbaik dalam hidup merupakan hasil
pendidikan yang berlangsung tanpa batas.
Setiap orang memerlukan soft skill dan Hard skill. Soft
skill bisa mempengaruhi Hard skill, sebaliknya terlalu berbangga
diri dengan Hard skill yang dimiliki akan membuat soft skill menurun
karena dianggap tidak penting.
Han (2011) mengatakan Hard
skills are skills where the rules stay the same regardless
of which company, circumstance or people you work with. In
contrast, soft skills are skills where the rules changes depending
on the company culture and people you work with.
Hard skill sama sekali
tidak ada hubungannya dengan keterampilan berhubungan dengan orang lain. Hard skill lebih mudah dipelajari karena
Hard skill memiliki ilmu pasti
tersendiri. Hard skill pun lebih
mudah untuk diamati dan diukur. Sehingga kinerja seseorang bisa terlihat,
walaupun tidak semua kinerja diukur dari Hard
skill.
Contoh
cara lain untuk mengembangkan Hard skill adalah sering diadakan perlombaan-perlombaan. Selain itu,
tidak jarang pendidik memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada anak
didiknya yang memiliki prestasi baik. Bahkan pertandingan antar mahasiswa dalam
satu negara atapun antar negera sering dibuat sesuai dengan bidang ilmu yang
dimiliki seseorang. Hal ini semata-mata bertujuan untuk mengembangkan Hard skill.
Selain Hard
skill, seseorang tidak terlepas dari Soft
skill, karena seseorang tidak terlepas dari dirinya sendiri dan orang lain.
Maksudanya adalah seseorang punya akal, hati nurani yang harus dikembangkan
untuk mampu mengatur dirinya sendiri dan untuk berinteraksi dengan orang lain. Soft skill merupakan karakter yang
melekat pada diri seseorang. Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Namun
demikian Soft skill bukan sesuatu
yang stagnan. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan
pengalaman kerja. Ada banyak cara meningkatkan Soft skill. Salah satunya melalui learning by doing. Selain
itu Soft skill juga bisa diasah dan
ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar
manajemen. Meskipun satu cara ampuh untuk meningkatkan Soft skill adalah dengan berinteraksi dan melakukan aktivitas
dengan orang lain. Keinginan yang kuat dalam diri sendiri untuk mengubah
karakter pribadi juga mampu meningkatkan soft
skill yang kita miliki.
Pengembangan Soft
skill di perguruan tinggi juga dapat dilakukan melalui kegiatan proses
pembelajaran dan juga kegiatan kemahasiswaan dalam kegiatan ekstra kurikuler
atau ko-kurikuler. Hal yang terpenting, soft skills ini bukan bahan hafalan
melainkan dipraktekkan oleh individu yang belajar atau yang ingin
mengembangkannya. Pada saat mahasiswa ingin mengembangkan minat dan bakatnya di
dalam bidang olah raga umpamanya, acapkali pembimbing kegiatan olah raga
senantiasa berpusat pada teknik bagaimana memenangkan pertandingan yang akan
dilakukan oleh mahasiswanya,
Sebelum
memasuki dunia kerja, alangkah baiknya seseorang mengasah kemampuan Hard skill dan Soft skillnya saat menjajaki dunia sekolah terutama saat di perguruan
tinggi. Perusahaan ataupun perkantoran menginginkan karyawan
yang “high competence” yaitu mereka yang memiliki kemampuan dalam aspek
teknis dan sikap yang baik (non teknis). Dalam dunia kerja soft skill
dan Hard skill merupakan dua hal
penting yang harus dimiliki oleh setiap pegawai. Tak hanya pegawai, pimpinannya
pun harus memiliki kedua hal tersebut. Tetapi, ada satu pertanyaan yang selalu
menjadi bahan perdebatan antara para ahli, yaitu manakah yang lebih penting
antara Soft skill dan Hard skill dalam dunia perkantoran?
Karena seperti yang kita tahu dalam perkantoran, Hard skill saja tidak cukup. Keterampilan dalam berkomunikasi,
mampu bekerja sama dengan karyawan lain, bertanggung jawab, dan jujur juga
sangat dibutuhkan dalam dunia perkantoran. Namun, terdapat pendapat dimana soft skill lebih dibutuhkan dibandingkan
Hard skill. Hal tersebut dapat kita
lihat pada Gambar 1.
Meskipun perusahaan-perusahaan saat ini sedang memberi
nilai lebih pada Soft skill,
kebanyakan dari kita , sebagai karyawan, belum terbiasa untuk mengembangkan
kepribadian kita ketika datang kesempatan. Widayanti (2010) menjelaskan
beberapa
persyaratan yang diminta oleh perusahaan yang dapat dilihat pada daftar
berikut:
1.
Dapat
bekerjasama dalam tim
2.
Mampu
berkomunikasi secara lisan maupun tulisan
3.
Mampu
menghadapi pekerjaan yang mendesak
4.
Mampu
bekerja dibawah tekanan
5.
Memiliki
great sense of services
6.
Mampu
beradaptasi
7.
Memiliki
inisiatif dengan sikap intergritas pada pekerjaan
8.
Jujur,
inovatif, dan kreatif
9.
Mampu
bekerja mandiri, sedikit bimbingan
10.
Memiliki
kepemimpinan yang baik
11.
Bertanggung
jawab dan memiliki komitmen terhadap pekerjaan
12. Memiliki
motivasi dan antusias dalam bekerja.
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar persyaratan
yang dibutuhkan perusahaan adalah soft
skill. Namun, bagaimana pun juga, jika soft
skill tidak dibarengi dengan Hard
skill, maka pegawai tersebut tidak memiliki nilai tambah. Beberapa hasil
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
Hard skill terhadap kinerja, diantaranya adalah:
1.
Kemampuan
intelektual memiliki peran yang lebih besar dalam
pekerjaan-pekerjaan rumit yang menuntut
persyaratan pemrosesan informasi
2.
Hasil penelitian
dari Wagimin dalam Widayanti (2010) menunujukkan
bahwa variable-variabel kebutuhan eksistensi, keterkaitan,
pertumbuhan dan kemampuan intelektual secara bersama maupun secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan dan variable
kemampuan intelektual mempunyai pengaruh dominan terhadap prestasi kerja
karyawan.
3.
Hasil penelitian
dari Widayanti (2010) menyimpulkan bahwa secara simultan
variable independen yang terdiri dari kebutuhan eksistensi, kebutuhan relasi,
kebutuhan untuk berkembang, kemampuan teknis dan kemampuan
perilaku mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen prestasi
kerja karyawan. Secara parsial kebutuhan berkembang dan
kemampuan teknis mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi kerja, sedangkan kebutuhan eksistensi, kebutuhan relasi dan
kemampuan perilaku tidak cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa masing-masing
variable tersebut berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja.
Di sisi lain juga terdapat beberapa hasil
penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
soft skill terhadap kinerja, diantaranya adalah:
1.
Hasil
penelitian Schutte, et al. menyimpulkan that
individual higher in emotional intelligence would perform better on a cognitive
task after encountering difficulties in working on a task( bahwa individu
yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan berkinerja yang lebih baik pada
tugas cognitive dan individu yang memiliki kecerdasan
emosi yang tinggi akan berkinerja lebih baik pada tugas
cognitive setelah menghadapi kesulitan dalam menjalankan tugasnya).
2.
ESQ (emotional,
spiritual quotient)
power mampu mencetak para top performers.
3.
Hasil
penelitian dari Douglas, et al dengan judul “
Emotional Intellegence as a Moderator between Conscientiousness and
Performance” dengan menggunakan Hierarchical Moderated regression
Analyses menyimpulkan bahwa the relationship between conscientiousness
and performance score will be positive for employees high in emotional
intelligence and negative among those low in emotional intelligence(hubungan
antara ketelitian dan kinerja akan positif untuk karyawan yang memiliki
kecerdasan emosi yang tinggi dan akan memiliki hubungan negative ketika
kecerdasan emosinya rendah).
4.
EQ (Emotional
Intelligence) memegang peran begitu penting dalam membangun hubungan antar manusia
yang efektif sekaligus peranannya dalam meningkatkan kinerja.
5.
Hasil
penelitian Mustafa dan Agus dengan judul
”Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap Produktifitas Kerja Karyawan Pada Fungsi
Operasi dan Penunjang PT. Pertamina (PERSERO) Unit Pengolahan
Balongan Indramayu” dengan menggunakan analisa regresi menyimpulkan bahwa
secara serentak variabel-variabel dalam kecerdasan emosi mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap
produktifitas kerja karyawan. Secara individual variabel-variabel dalam
kecerdasan emosi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktifitas
kerja karyawan. Variabel dalam kecerdasan emosi yaitu keterampilan sosial
paling dominan pengaruhnya terhadap produktifitas kerja pegawai
Basir
(2011) mengatakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan di Harvard
University, dikatakan bahwa kesuksesan seseorang dalam bidang apapun yang
sedang ia tekuni tak semata-mata karena kemampuan intelektual yang dimiliki (Hard skill) namun juga kemampuan dalam
mengelola emosi atau soft skill.
Bahkan secara gamblang penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa 80%
kesuksesan manusia ditentukan oleh bagaimana cara ia mengelola emosinya dan
sisanya baru faktor bernama Hard skill.
Bila ada pertanyaan mengapa melatih Soft skill itu sangat penting.
Jawabannya adalah karena manusia itu adalah makhluk yang subyektif. Disadari
atau tidak setiap keputusan yang kita ambil sedikit banyak entah berapa persen
pasti dipengaruhi oleh faktor emosional yang ada dalam diri kita. Manusia
bukanlah robot yang hanya mengenal fungus Y untuk Yes dan N untuk No. Hal
tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak pernah lepas dari
faktor subyektivitas, diakui atau tidak.
Sebenarnya Soft skill bisa
mempengaruhi Hard skill. Bisa jadi
kita tidak konsen untuk menekuni tugas yang sedang kita kerjakan karena pikiran
kita tidak bisa mengendalikan emosi kita. Begitu pula sebaliknya, saat emosi
kita berada dalam kondisi baik, maka tugas seberapapun banyaknya bisa kita
kerjakan dengan baik
Hard skill bisa dengan mudah kita dapatkan dengan
cara belajar dan berlatih mengerjakan soal-soal. Sedangkan untuk Soft skill, banyak di antara
kita tahu bahwa softskill seseorang di tentukan dengan tolak ukur seseorang itu
dalam mengembangkan Soft skillnya.
Softskill itu sendiri akan nampak apabila seseorang telah menemukan jati
dirinya. Namun ada juga yang tidak akan mendapatkan softskill dari dirinya
sendiri apabila dia tidak ada keinginan untuk berubah yang besar dalam hidupnya
dari pola hidup yang buruk ke pola hidup
yang lebih baik dari sebelumnya. Karena Soft
skill itu sendiri akan lahir apabila seseorang memiliki motivasi yang besar
untuk berubah lebih baik dari sebelumnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat 3 perbedaan penting antara Hard
skill dan Soft skill, yaitu:
1.
Hard skill menggunakan
kecerdasan IQ atau lebih menggunakan otak kiri (the logical center).
Sedangkan Soft skill menggunakan
kecerdasan EQ atau lebih menggunakan otak kanan (the emotional center)
2.
Hard skill adalah
keterampilan di mana aturan tetap sama terlepas dari keadaan atau orang yang
bekerja dengan kita. Dalam kantor, aturan hard
skills sudah ditetapkan oleh
perusahaan, seperti standar pegawai dalam hal keterampilan yang dibutuhkan oleh
kantor. Sebaliknya, Soft skill adalah
keterampilan di mana perubahan aturan tergantung pada budaya perusahaan dan
orang-orang yang bekerja dengan Anda. Soft skill lebih menitikberatkan kepada
karakter atau pribadi seseorang.
3.
Hard skill bisa dipelajari
di sekolah dan dari buku-buku atau dari para ahli di bidangnya. Sedangkan Soft skill, dapat terbentuk oleh
lingkungan sekitar. Tetapi yang paling penting untuk melatih Soft skill adalah keinginan dari dalam
diri orang itu sendiri.
Apa
pengaruh Hard skill dan Soft skill bagi kinerja karyawan?
Hard
skill
sangatlah penting untuk dikembangkan, karena kemampuan seseorang untuk
melakukan sebuah pekerjaan dengan baik dan benar adalah tergantung bagaimana Hard skill yang dia miliki. Tidak
mungkin seseorang bisa mengerjakan
kegiatan administrasi kantor jika dia tidak mengetahui cara melakukannya, tujuan, dan kegunaannya melakukan hal tersebut. Ataupun
tidak mungkin seseorang mampu memperbaiki sesuatu jika dia tidak tuhu apa yang
dia perbaiki.
Sebelum melamar sebuah pekerjaan pun
seharusnya lulusan perrguruan tinggi (mahasiswa) harus memperhatikan pekerjaan
yang akan diterimanya dengan kemampuannya. Membandingkan kemampuan dengan
pekerjaan yang akan dikerjakan adalah hal yang baik. Untuk itu untuk para calon pegawai kantor mempersiapkan
dirinya dengan mengembangkan Hard skill
sebagai dasar untuk melamar pekerjaan dan diimbangi dengan Soft skill sebagai landasan untuk melakukan pekerjaan. Karena di dalam kantor dewasa ini mensyaratkan adanya
kombinasi yang sesuai antara Hard skill
dan Soft skill, apapun posisi
karyawannya. Bagi perekrutan karyawan bagi perusahaan pendekatan Hard skill saja kini sudah ditinggalkan.
Karena akan percuma jika Hard skill baik, tetapi Soft
skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja
berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan Soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi, dan
interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Perusahaan cenderung
memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun Hard skillnya lebih rendah. Alasannya
adalah memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Hal ini menunjukkan
bahwa Hard skill merupakan faktor
penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya
lebih ditentukan oleh Soft skillnya yang baik.
Dunia kerja saat ini membutuhkan sumber
daya yang terampil, sebagai seorang pegawai dituntut untuk mempunyai keahlian Hard skill yang tinggi, Hard skill merupakan keahlian yang dimiliki pegawai sebagai persyaratan untuk
memenuhi kebutuhan kantor, selain harus memiliki keahlian, di era persaingan yang ketat ini juga
dituntut untuk memiliki Soft
skill yaitu
ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill) dan ketrampilan seseorang dalam mengatur dirinya
sendiri (intrapersonal skill), Baik Hard skills maupun Soft skills merupakan prasyarat kesuksesan seorang pegawai atau karyawan dalam menempuh kehidupan.
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa Hard
skills ditekankan pada aspek kognitif dan keahlian khusus
menurut disiplin keilmuan tertentu, sedangkan softskills merupakan perilaku
personal dan interpersonal skill yang diperlukan untuk mengembangkan dan
mengoptimalkan kinerja seorang manusia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Widayanti (2010) mengenai pengaruh Hard
skill dan Soft skill terhadap
kinerja karyawan, beliau menarik kesimpulan bahwa:
1.
Hard skill dan soft skill secara bersama berpengaruh secara nyata
terhadap kinerja karyawan. Walaupun hanya dua variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, akan tetapi tingkat pengaruh yang ditunjukkan adalah 47,8%. Ini
membuktikan bahwa baik Hard skill ataupun
Soft skill mempunyai pengaruh yang
besar terhadap kinerja karyawan.
2.
Hard skill dan soft skill secara parsial berpengaruh secara nyata
terhadap kinerja karyawan. Pengaruh yang ditunjukkan oleh kedua variabel
tersebut cukup besar. Variabel Hard skill
mempunyai pengaruh sebesar 0,446 sementara Soft
skill mempunyai pengaruh sebesar 0,336. Besarnya pengaruh tersebut menjadi
bukti bahwa baik Hard skill ataupun Soft skill sangat dibutuhkan oleh karyawan
untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan maksimal.
3. Berbeda dengan yang diharapkan, variabel soft
skill tidak berpengaruh dominan terhadap kinerja karyawan, variabel yang
dominan justru adalah Hard skill. Kondisi ini dapat dipahami berdasarkan
ruang lingkup organisasi sebuah perusahaan tempat dilakukannya penelitian yang bergerak dalam bidang informasi dan komunikasi
serta penyedia jaringan telekomunikasi yang menggunakan teknologi dan inovasi tinggi,
serta mempunyai pedoman, standar, dan target kerja tertentu yang harus
diimplementasikan oleh para karyawan yang hanya dapat dicapai dengan kemampuan hard
skill yang tinggi. Namun demikian kemampuan Hard skill yang
tinggi perlu diimbangi dengan kemampuan soft skill, dikarenakan pada
organisasi publik karyawan dihadapkan pada upaya melakukan pelayanan yang prima
untuk mendukung tujuan organisasi.
Kesimpulan
Soft skill dan Hard skill merupakan dua
hal yang saling melengkapi. Keduanya sangat penting bagi kesuksesan di
lingkungan kerja yang keras. Hard skill dan soft skill dibutuhkan untuk
mengmbangkan kreatifitas masing-masing individu. Kita tidak bias hanya
mengandalkan salah satu saja. Keduanya harus seimbang. Hal ini dikarenakan,
soft skill dapat mempengaruhi hard skill. Sedangkan terlalu berbangga dengan
hard skill akan membuat kita sombong. Untuk itu untuk para calon pegawai kantor mempersiapkan dirinya dengan
mengembangkan Hard skill sebagai
dasar untuk melamar pekerjaan dan diimbangi dengan Soft skill sebagai landasan untuk melakukan pekerjaan. Dalam dunia perkantoran, seorang pegawai harus
memiliki hard skill dan soft skill. Tidak ada yang lebih penting karena
keduanya sangat penting untuk dimiliki. Kedua skill ini dapat dilatih agar
skill yang dmiliki semakin meningkat. Untuk melatih hard skill, dapat dilakukan
dengan cara mengikuti pendidikan akademis, mengikuti training atau pelatihan
yang dilakukan oleh para ahli di bidangnya dan membaca buku. Sedangkan untuk
soft skill akan terbentuk oleh keinginan pribadi dan lingkungan sekitar. Soft
skill juga dapat dilatih dengan cara mengikuti seminar-seminar manajemen atau
seminar motivasi.
Daftar Pustaka
Agustin, V. 2012. Kompetensi Lulusan Sarjana Strata 1 (S1) Psikologi dalam
Menghadapi Dunia Kerja Pada Mahasiswa Perguruan Tinggi “X”. Calyptra: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1.
Basir, S. 2011. Soft Skill vs Hard skill. Jakarta Timur: Kantor Akuntan Publik Syarief Basir dan Rekan.
Coates, Dennis E. 2007. Enhance
the Transfer of Training. America: American
Society for Training and Development.
Han, L. (2011, July 01). HARD SKILLS VS. SOFT SKILLS –
DIFFERENCE AND IMPORTANCE. Retrieved June 09, 2015, from HARD SKILLS VS. SOFT SKILLS – DIFFERENCE AND IMPORTANCE:
https://bemycareercoach.com/soft-skills/hard-skills-soft-skills.html
Hawkins, M. (1999). Leadership Development and Sales
Performance
Islami,
Faizal Alam. 2012. Analisis Pengaruh Hard skill, Soft Skill, Dan
Motivasi Terhadap Kinerja Tenaga Penjualan (Studi Pada Tenaga Kerja Penjualan
Pt. Bumiputera Wilayah Semarang. Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro
Sailah,
Illah. 2007. Pengembangan
Soft Skills di Perguruan Tinggi. Jakarta: Dikti
Utomo, H. (2010). Kontribusi Soft
skill Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan. Among Makarti, Vol.3 No.5
Juli 2010, 96-98.
Wicaksana, I. W. 2012. Softskills. Pengertian Softskill,
4-13.
Widayanti, R. 2010. Pengaruh Hard
skill Dan Soft skill Terhadap
Kinerja Karyawan (Studi pada PT. Telkom Kandatel Malang). Jurnal Dinamika
Dotcom Vol 3. No. 1, 64-66.