Selasa, 16 Juni 2015

Soft Skills dan Hard skills dalam Dunia Perkantoran






Abstract

As the growing human population in the world, the competition in search of work is also getting tougher. Every company tries to find skilled personnel and has competence. The competence consists of technical skills (hard skill) and non-technical (soft skill). Hard skills are the technical skills associated with particular job domains such as engineering, marketing, finance, or construction. They are called hard skills because of their special, real, and often observed. Hard skills can easily get by learning and practicing working on the problems.  Hardskill can be assessed from the technical test or practical test. Soft skills are usually difficult to be observed and measured. The skills needed for everyday life as well is needed in terms of employment. Relate to each other, communicate, listen, engage in dialogue, to work together as a team member, to solve the problem is some of the activities that require these skills. These skills can be categorized into two main categories, interpersonal skills, and interpersonal skills. As for soft skills, many of us know that someone softskill determined by a person's benchmark in developing soft skill. Softskill itself would appear if someone has found himself and desire to change ourself. Soft skills and hard skills are the two things complement each other. Both are very important for success in harsh working environments.

Keywords: hard skill, learn, soft skill




Pendahuluan



Seiring bertumbuhnya populasi manusia yang ada di dunia, maka persaingan dalam mencari kerja juga semakin ketat. Perusahaan berlomba-lomba untuk mencari pegawai yang terampil dan memiliki kompetensi. Kompetensi bisa diartikan sebagai kemampuan, perlengkapan, elemen atau hasil keluaran pembelajaran, dan keahlian. Kompetensi tersebut terdiri dari keterampilan teknis dan non-teknis. Keterampilan teknis atau biasa disebut Hard skills diartikan sebagai cara-cara teknis yang mudah diamati, ditinjau, dan diukur. Sedangkan, keterampilan non-teknis atau soft skills adalah “keterampilan manusia” tidak mudah dilihat walaupun sangat dibutuhkan dalam kehidupan bekerja. Keterampilan ini dapat dikategorikan ke dalam 3 kategori utama, yaitu sifat-sifat personal, keterampilan interpersonal, serta keterampilan intrapersonal.
Kemper dan McMurchie dalam Agustin (2009), mengatakan bahwa Hard skills dan soft skills saling melengkapi satu sama lain. Hal ini mengindikasikan bahwa pekerja yang unggul adalah pekerja yang memiliki keterampilan teknis dan perilaku yang baik. Jadi, untuk menghasilkan performa yang maksimal, seseorang harus memliki kompetensi yang seimbang, antara kemampuan teknis dan non-teknis (perilaku).
Hard skills bisa didapatkan dari pembelajaran atau kegiatan akademik di sekolah, perguruan tinggi maupun dari para ahli di bidangnya. Sedangkan soft skills bisa didapatkan dari kegiatan non akademis atau berorganisasi. Soft skills bukan hanya positif jika dibentuk sejak dini, karena pengembangan diri terus berjalan hingga seseorang semakin tumbuh dewasa dengan beragam masalah dan kendalanya yang berbeda-beda. Soft skill juga dapat terbentuk akibat lingkungan sekitarnya. Lalu manakah yang lebih penting antara Soft skill dan Hard skill di dalam kantor?

Hard skill
Hard skill adalah kemampuan teknis yang berhubungan dengan domain pekerjaan tertentu seperti teknik, pemasaran, keuangan, atau konstruksi. Mereka disebut Hard skill karena mereka khusus, nyata, dan sering diamati. (Hawkins, 1999).
Sedangkan menurut Basir (2011) Hard skill adalah kemampuan yang biasa dipelajari di sekolah atau universitas yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan subyek yang dipelajari. Hard skill bisa diukur dengan melakukan tes yang ada hubungannya dengan bidang yang dipelajari. Bisa dikatakan bahwa Hard skill bersifat kasat mata atau nyata.
Hard skill adalah pengetahuan dan kemampuan teknis yang dimiliki seseorang. Pengetahuan teknis yang meliputi pengetahuan mengenai desain dan keistimewaan dari produk tersebut, mengembangkannya sesuai dengan teknologi, mampu mengatasi masalah yang terjadi serta menganalisis kegunaan produk dalam usaha untuk mengidentifikasikan ide-ide baru mengenai produk ataupun pelayanan tersebut (Islami, 2012).
Menurut Fachrunissa dalam Utomo (2010), kemampuan hardskill adalah semua hal yang berhubungan dengan pengayaan teori yang menjadi dasar pijakan analisis atau sebuah keputusan. Hardskill dapat dinilai dari technical test atau practical test.
Disisi lain Sailah (2008) Hard skill yaitu penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya (insinyur mesin tentunya harus kompeten dalam pengetahuan permesinan, dokter harus mumpuni dalam ilmu kedokteran, demikian pula profesi yang lainnya). Bila setiap profesi dituntut mempunyai Hard skill yang berbeda-beda, tidak demikian dengan Soft skill, karena keterampilan ini merupakan kompetensi (keterampilan,skills) yang seharusnya dipunyai oleh semua orang, apapun profesinya.
Sedangkan menurut Utomo (2010) Hard skill menggambarkan perilaku dan keterampilan yang dapat dilihat mata (eksplisit). Hard skill adalah skill yang dapat menghasilkan sesuatu sifatnya visible dan immediate.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hard skill merupakan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya yang dapat diamati dan diukur, didapatkan dengan mempelajari ilmunya dan juga bisa didapatkan dari orang yang sudah ahli dan berpengalaman di bidangnya.
Di dalam dunia perkantoran, Hard skill merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh orang yang bekerja di dalam kantor. Hal ini dikarenakan, tanpa adanya keterampilan, kinerja kantor tidak akan maksimal. Mayoritas pekerjaan di kantor membutuhkan keterampilan teknis ini. Berikut adalah contoh dari Hard skills dalam kegiatan kantor:
·         Keahlian dalam mengetik
·         Keahlian dalam bidang keuangan
·         Teknisi computer
·         Keahlian dalam bidang IT
·         Keahlian dalam bidang kearsipan
·         Keahlian dalam bidang administrasi


Soft Skill

Soft skill biasanya sulit untuk diamati dan diukur. Keterampilan ini diperlukan untuk kehidupan sehari-hari seperti juga dibutuhkan dalam hal pekerjaan. Berhubungan dengan satu sama lain, berkomunikasi, mendengarkan, terlibat dalam dialog, bekerja sama sebagai anggota tim, memecahkan masalah merupakan beberapa kegiatan yang membutuhkan keterampilan ini (Coates, 2007).
Menurut Islami (2012) soft skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (Interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (Intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal.
Wicaksana (2012) mengatakan bahwa Soft skills adalah sebuah istilah dalam sosiologi tentang EQ (Emotional Intelligence Quotient) seseorang, yang dapat dikatagorikan /klusterkan menjadi kehidupan sosial, komunikasi, bertutur bahasa, kebiasan, keramahan, optimasi.
Sedangkan menurut Basir (2011) Soft skill adalah sesuatu yang tak kasa mata/ imajiner/ abstrak. Soft skill tidak dipelajari secara langsung baik di sekolah maupun universitas. Soft skill bisa didapatkan di lingkungan sekitar. Soft skill juga dapat terbentuk sesuai dengan lingkungannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa soft skill adalah keterampilan yang tidak dapat diukur dan diamati. Hal ini dikarenakan, soft skill tidak memiliki tolak ukurnya. Keterampilan ini terbentuk melalui hubungan diri dengan lingkungan sekitarnya juga keinginan dalam dirinya. Keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam dunia perkantoran. Karena di dalam kantor, kita tidak bisa bekerja sendiri dan harus bersinergi dengan karyawan yang lain. Hal ini akan menciptakan kinerja yang baik di dalam kantor.
Terdapat dua jenis soft skill menurut Wicaksana (2012), Intra-personal skill dan Inter-personal skill. Intra-personal skill adalah keterampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri. Sedangkan inter-personal skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Keduanya berfungsi untuk pengembangan kerja secara optimal. Berikut ini merupakan contoh dari kedua jenis keterampilan tersebut.

Contoh Intra-personal skill:
·         Manajemen stress
Manajemen stres merupakan suatu keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk mengantisipasi, mencegah, mengelola dan memulihkan diri dari stres yang dirasakan karena adanya ancaman dan ketidakmampuan dalam coping yang dilakukan.

·         Manajemen waktu
Manajemen waktu adalah kemampuan untuk mengalokasikan waktu dan sumber daya (yang terbatas) untuk mencapai tujuan yang kita kehendaki. Untuk dapat memanajemen waktu yang tepat, kita harus cermat dalam mengatur porsi baik untuk beribadah, untuk diri sendiri, untuk bekerja, bahkan untuk kegiatan sosial yang lain.

·         Berpikir kreatif
Berpikir kreatif sebenarnya adalah kemampuan untuk melihat sesuatu yang tidak terlihat sebelumnya, menciptakan sesuatu yang baru atau memodifikasi sesuatu yang sudah ada.

·         Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah berkewajiban menaggung, memikul, menanggung segala sesuatunya,dan menanggung akibatnya atas segala yang telah dilakukan.

·         Bersikap Jujur
Jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran". Dalam praktek dan penerapannya, tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi.

·         Berperilaku adil
Suatu sikap yang tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, persamaan suku, bangsa maupun agama.

Contoh inter-personal skill:

·         Kemampuan memotivasi
Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada dalam diri seseorang.
·         Kemampuan bekerjasama
Kerjasama adalah pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh individu  tapi dikerjakan secara bersamaan oleh dua orang atau lebih dengan tujuan agar pekerjaan tersebut menjadi lebih ringan. Dengan kerja sama maka kita juga dapat mewujudkan salah satu ciri khusus masyarakat Indonesia yaitu meyelesaikan pekerjaan dengan gotong royong dan menemukan jalan keluar dengan musyawarah. Dalam kerjasama tentunya ada beberapa aturan yang harus dijadikan landasan sehinga untuk menjalankan kerjasama tersebut terjalin rasa saling di untungkan.

·         Kemampuan negosiasi.
Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan diantara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda.

·         Kemampuan komunikasi
Kemampuan komunikasi adalah kecakapan atau kesanggupan penyampaian pesan, gagasan, atau pikiran kepada orang lain dengan tujuan orang lain tersebut memahami apa yang dimaksudkan dengan baik, secara langsung lisan atau tidak langsung.

·         Kemampuan beradaptasi
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi merupakan suatu perilaku yang sangat kompleks karena didalamnya melibatkan sejumlah fungsi dan intelektual.





Orang-orang yang mengenal emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Hal tersebut terdiri atas lima dimensi :
·         Kesadaran diri - sadar atas apa yang anda rasakan
·         Manajemen diri – kemampuan mengelola emosi dan dorongan- dorongan Anda sendiri
·         Motivasi diri – kemampuan bertahan dalam menghadapi kemunduran dan kegagalan
·         Empati – kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
·         Keterampilan sosial – kemampuan menangani emosi-emosi orang lain.


Hard skill dan Soft Skill

Untuk menjawab pertanyaan apakah manusia memiliki Hard skill dan Soft skill yang baik maka kita perlu melihat keadaan tiap individu, apakah itu keadaan fisik, ekonomi, lingkungan, keluarga dll. Dalam kehidupan ini individu tidak terbebas dari kondisi yang memuaskan atau menyenangkan dan ataupun kondisi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ditambahkan juga bahwa seseorang harus mensikapi kondisi tersebut apakah memuaskan atau menyenangkan disikapi dengan cara meluap-luap sehingga lupa diri, ataukah menyikapinya dengan cara yang sederhana bahwa dalam hidup ada saatnya menyenangkan dan ada saatnya tidak menyenangkan. Demikian juga apabila kondisi tidak atau kurang meyenangkan bagaimanakah individu menyikapinya apakah dengan cara menyalahkan diri sendiri dan orang lain atau bahkan menyalahkan lingkungan dengan berlebihan, sehingga timbul antipati. Kedua kondisi tersebut harus disikapi dengan sikap optimis, menerima sebagaimana adanya tidak pesimis apalagi mengeluh dan menyalahkan diri sendiri. Dalam hal bersikap, individu harus dapat menerima kenyataan sebagaimana adanya dengan penuh harapan bahwa segala sesuatu akan berakhir dengan tetap mencari solusi yang benar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain ataupun lingkungan. Harus terbina pada diri individu sebagai hasil pendidikan terutama oleh pendidikan diri sendiri bahwa dalam hidup tidak tidak selalu terjadi sesuai dengan yang diharapkan. Kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain serta lingkungan sebagaimana adanya dan selalu berusaha berbuat yang terbaik dalam hidup merupakan hasil pendidikan yang berlangsung tanpa batas.
Setiap orang memerlukan soft skill dan Hard skill. Soft skill bisa mempengaruhi Hard skill, sebaliknya terlalu berbangga diri dengan Hard skill yang dimiliki akan membuat soft skill menurun karena dianggap tidak penting.
Han (2011) mengatakan Hard skills are skills where the rules stay the same regardless of which company, circumstance or people you work with. In contrast, soft skills are skills where the rules changes depending on the company culture and people you work with.
Hard skill sama sekali tidak ada hubungannya dengan keterampilan berhubungan dengan orang lain. Hard skill lebih mudah dipelajari karena Hard skill memiliki ilmu pasti tersendiri. Hard skill pun lebih mudah untuk diamati dan diukur. Sehingga kinerja seseorang bisa terlihat, walaupun tidak semua kinerja diukur dari Hard skill.
Contoh cara lain untuk mengembangkan Hard skill adalah sering diadakan perlombaan-perlombaan. Selain itu, tidak jarang pendidik memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada anak didiknya yang memiliki prestasi baik. Bahkan pertandingan antar mahasiswa dalam satu negara atapun antar negera sering dibuat sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki seseorang. Hal ini semata-mata bertujuan untuk mengembangkan Hard skill.
Selain Hard skill, seseorang tidak terlepas dari Soft skill, karena seseorang tidak terlepas dari dirinya sendiri dan orang lain. Maksudanya adalah seseorang punya akal, hati nurani yang harus dikembangkan untuk mampu mengatur dirinya sendiri dan untuk berinteraksi dengan orang lain. Soft skill merupakan karakter yang melekat pada diri seseorang. Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Namun demikian Soft skill bukan sesuatu yang stagnan. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Ada banyak cara meningkatkan Soft skill. Salah satunya melalui learning by doing. Selain itu Soft skill juga bisa diasah dan ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar manajemen. Meskipun satu cara ampuh untuk meningkatkan Soft skill adalah dengan berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain. Keinginan yang kuat dalam diri sendiri untuk mengubah karakter pribadi juga mampu meningkatkan soft skill yang kita miliki.
Pengembangan Soft skill di perguruan tinggi juga dapat dilakukan melalui kegiatan proses pembelajaran dan juga kegiatan kemahasiswaan dalam kegiatan ekstra kurikuler atau ko-kurikuler. Hal yang terpenting, soft skills ini bukan bahan hafalan melainkan dipraktekkan oleh individu yang belajar atau yang ingin mengembangkannya. Pada saat mahasiswa ingin mengembangkan minat dan bakatnya di dalam bidang olah raga umpamanya, acapkali pembimbing kegiatan olah raga senantiasa berpusat pada teknik bagaimana memenangkan pertandingan yang akan dilakukan oleh mahasiswanya,
Sebelum memasuki dunia kerja, alangkah baiknya seseorang mengasah kemampuan Hard skill dan Soft skillnya saat menjajaki dunia sekolah terutama saat di perguruan tinggi. Perusahaan ataupun perkantoran menginginkan karyawan yang “high competence” yaitu mereka yang memiliki kemampuan dalam aspek teknis dan sikap yang baik (non teknis). Dalam dunia kerja soft skill dan Hard skill merupakan dua hal penting yang harus dimiliki oleh setiap pegawai. Tak hanya pegawai, pimpinannya pun harus memiliki kedua hal tersebut. Tetapi, ada satu pertanyaan yang selalu menjadi bahan perdebatan antara para ahli, yaitu manakah yang lebih penting antara Soft skill dan Hard skill dalam dunia perkantoran? Karena seperti yang kita tahu dalam perkantoran, Hard skill saja tidak cukup. Keterampilan dalam berkomunikasi, mampu bekerja sama dengan karyawan lain, bertanggung jawab, dan jujur juga sangat dibutuhkan dalam dunia perkantoran. Namun, terdapat pendapat dimana soft skill lebih dibutuhkan dibandingkan Hard skill. Hal tersebut dapat kita lihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Keberhasilan Di Dunia Kerja

Meskipun perusahaan-perusahaan saat ini sedang memberi nilai lebih pada Soft skill, kebanyakan dari kita , sebagai karyawan, belum terbiasa untuk mengembangkan kepribadian kita ketika datang kesempatan. Widayanti (2010) menjelaskan beberapa persyaratan yang diminta oleh perusahaan yang dapat dilihat pada daftar berikut:
1.      Dapat bekerjasama dalam tim
2.      Mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan
3.      Mampu menghadapi pekerjaan yang mendesak
4.      Mampu bekerja dibawah tekanan
5.      Memiliki great sense of services
6.      Mampu beradaptasi
7.      Memiliki inisiatif dengan sikap intergritas pada pekerjaan
8.      Jujur, inovatif, dan kreatif
9.      Mampu bekerja mandiri, sedikit bimbingan
10.  Memiliki kepemimpinan yang baik
11.  Bertanggung jawab dan memiliki komitmen terhadap pekerjaan
12.  Memiliki motivasi dan antusias dalam bekerja.

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar persyaratan yang dibutuhkan perusahaan adalah soft skill. Namun, bagaimana pun juga, jika soft skill tidak dibarengi dengan Hard skill, maka pegawai tersebut tidak memiliki nilai tambah. Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Hard skill terhadap kinerja, diantaranya adalah:
1.      Kemampuan intelektual memiliki peran yang lebih besar dalam pekerjaan-pekerjaan rumit yang menuntut persyaratan pemrosesan informasi
2.      Hasil penelitian dari Wagimin dalam Widayanti (2010) menunujukkan bahwa variable-variabel kebutuhan eksistensi, keterkaitan, pertumbuhan dan kemampuan intelektual secara bersama maupun secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan dan variable kemampuan intelektual mempunyai pengaruh dominan terhadap prestasi kerja karyawan.
3.      Hasil penelitian dari Widayanti (2010) menyimpulkan bahwa secara simultan variable independen yang terdiri dari kebutuhan eksistensi, kebutuhan relasi, kebutuhan untuk berkembang, kemampuan teknis dan kemampuan perilaku mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen prestasi kerja karyawan. Secara parsial kebutuhan berkembang dan kemampuan teknis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja, sedangkan kebutuhan eksistensi, kebutuhan relasi dan kemampuan perilaku tidak cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa masing-masing variable tersebut berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja.

Di sisi lain juga terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara soft skill terhadap kinerja, diantaranya adalah:
1.      Hasil penelitian Schutte, et al. menyimpulkan that individual higher in emotional intelligence would perform better on a cognitive task after encountering difficulties in working on a task( bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan berkinerja yang lebih baik pada tugas cognitive dan individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan berkinerja lebih baik pada tugas cognitive setelah menghadapi kesulitan dalam menjalankan tugasnya).
2.      ESQ (emotional, spiritual quotient) power mampu mencetak para top performers.
3.      Hasil penelitian dari Douglas, et al dengan judul “ Emotional Intellegence as a Moderator between Conscientiousness and Performance” dengan menggunakan Hierarchical Moderated regression Analyses menyimpulkan bahwa the relationship between conscientiousness and performance score will be positive for employees high in emotional intelligence and negative among those low in emotional intelligence(hubungan antara ketelitian dan kinerja akan positif untuk karyawan yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dan akan memiliki hubungan negative ketika kecerdasan emosinya rendah).
4.      EQ (Emotional Intelligence) memegang peran begitu penting dalam membangun hubungan antar manusia yang efektif sekaligus peranannya dalam meningkatkan kinerja.
5.      Hasil penelitian Mustafa dan Agus dengan judul ”Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap Produktifitas Kerja Karyawan Pada Fungsi Operasi dan Penunjang PT. Pertamina (PERSERO) Unit Pengolahan Balongan Indramayu” dengan menggunakan analisa regresi menyimpulkan bahwa secara serentak variabel-variabel dalam kecerdasan emosi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produktifitas kerja karyawan. Secara individual variabel-variabel dalam kecerdasan emosi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktifitas kerja karyawan. Variabel dalam kecerdasan emosi yaitu keterampilan sosial paling dominan pengaruhnya terhadap produktifitas kerja pegawai

Basir (2011) mengatakan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan di Harvard University, dikatakan bahwa kesuksesan seseorang dalam bidang apapun yang sedang ia tekuni tak semata-mata karena kemampuan intelektual yang dimiliki (Hard skill) namun juga kemampuan dalam mengelola emosi atau soft skill. Bahkan secara gamblang penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa 80% kesuksesan manusia ditentukan oleh bagaimana cara ia mengelola emosinya dan sisanya baru faktor bernama Hard skill.
Bila ada pertanyaan mengapa melatih Soft skill itu sangat penting. Jawabannya adalah karena manusia itu adalah makhluk yang subyektif. Disadari atau tidak setiap keputusan yang kita ambil sedikit banyak entah berapa persen pasti dipengaruhi oleh faktor emosional yang ada dalam diri kita. Manusia bukanlah robot yang hanya mengenal fungus Y untuk Yes dan N untuk No. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak pernah lepas dari faktor subyektivitas, diakui atau tidak.
Sebenarnya Soft skill bisa mempengaruhi Hard skill. Bisa jadi kita tidak konsen untuk menekuni tugas yang sedang kita kerjakan karena pikiran kita tidak bisa mengendalikan emosi kita. Begitu pula sebaliknya, saat emosi kita berada dalam kondisi baik, maka tugas seberapapun banyaknya bisa kita kerjakan dengan baik
Hard skill bisa dengan mudah kita dapatkan dengan cara belajar dan berlatih mengerjakan soal-soal. Sedangkan untuk Soft skill, banyak di antara kita tahu bahwa softskill seseorang di tentukan dengan tolak ukur seseorang itu dalam mengembangkan Soft skillnya. Softskill itu sendiri akan nampak apabila seseorang telah menemukan jati dirinya. Namun ada juga yang tidak akan mendapatkan softskill dari dirinya sendiri apabila dia tidak ada keinginan untuk berubah yang besar dalam hidupnya dari pola hidup yang buruk ke  pola hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Karena Soft skill itu sendiri akan lahir apabila seseorang memiliki motivasi yang besar untuk berubah lebih baik dari sebelumnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 perbedaan penting antara Hard skill dan Soft skill, yaitu:
1.      Hard skill menggunakan kecerdasan IQ atau lebih menggunakan otak kiri (the logical center). Sedangkan Soft skill menggunakan kecerdasan EQ atau lebih menggunakan otak kanan (the emotional center)
2.      Hard skill adalah keterampilan di mana aturan tetap sama terlepas dari keadaan atau orang yang bekerja dengan kita. Dalam kantor, aturan hard skills sudah ditetapkan  oleh perusahaan, seperti standar pegawai dalam hal keterampilan yang dibutuhkan oleh kantor. Sebaliknya, Soft skill adalah keterampilan di mana perubahan aturan tergantung pada budaya perusahaan dan orang-orang yang bekerja dengan Anda. Soft skill lebih menitikberatkan kepada karakter atau pribadi seseorang.
3.      Hard skill bisa dipelajari di sekolah dan dari buku-buku atau dari para ahli di bidangnya. Sedangkan Soft skill, dapat terbentuk oleh lingkungan sekitar. Tetapi yang paling penting untuk melatih Soft skill adalah keinginan dari dalam diri orang itu sendiri.

Apa pengaruh Hard skill dan Soft skill bagi kinerja karyawan?

Hard skill sangatlah penting untuk dikembangkan, karena kemampuan seseorang untuk melakukan sebuah pekerjaan dengan baik dan benar adalah tergantung bagaimana Hard skill yang dia miliki. Tidak mungkin seseorang bisa mengerjakan kegiatan administrasi kantor jika dia tidak mengetahui cara melakukannya, tujuan, dan kegunaannya melakukan hal tersebut. Ataupun tidak mungkin seseorang mampu memperbaiki sesuatu jika dia tidak tuhu apa yang dia perbaiki.
Sebelum melamar sebuah pekerjaan pun seharusnya lulusan perrguruan tinggi (mahasiswa) harus memperhatikan pekerjaan yang akan diterimanya dengan kemampuannya. Membandingkan kemampuan dengan pekerjaan yang akan dikerjakan adalah hal yang baik. Untuk itu untuk para calon pegawai kantor mempersiapkan dirinya dengan mengembangkan Hard skill sebagai dasar untuk melamar pekerjaan dan diimbangi dengan Soft skill sebagai landasan untuk melakukan pekerjaan. Karena di dalam kantor dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara Hard skill dan Soft skill, apapun posisi karyawannya. Bagi perekrutan karyawan bagi perusahaan pendekatan Hard skill saja kini sudah ditinggalkan. Karena akan percuma jika Hard skill baik, tetapi Soft skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan Soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun Hard skillnya lebih rendah. Alasannya adalah memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Hal ini menunjukkan bahwa Hard skill merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh Soft skillnya yang baik.
Dunia kerja saat ini membutuhkan sumber daya yang terampil, sebagai seorang  pegawai dituntut untuk mempunyai keahlian Hard skill yang tinggi, Hard skill merupakan keahlian yang dimiliki pegawai sebagai persyaratan untuk memenuhi kebutuhan kantor, selain harus memiliki keahlian, di era persaingan yang ketat ini juga dituntut untuk memiliki Soft skill yaitu ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill) dan ketrampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skill), Baik Hard skills maupun Soft skills merupakan prasyarat kesuksesan seorang pegawai atau karyawan dalam menempuh kehidupan. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa Hard skills ditekankan pada aspek kognitif dan keahlian khusus menurut disiplin keilmuan tertentu, sedangkan softskills merupakan perilaku personal dan interpersonal skill yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kinerja seorang manusia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widayanti (2010) mengenai pengaruh Hard skill dan Soft skill terhadap kinerja karyawan, beliau menarik kesimpulan bahwa:
1. Hard skill dan soft skill secara bersama berpengaruh secara nyata terhadap kinerja karyawan. Walaupun hanya dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, akan tetapi tingkat pengaruh yang ditunjukkan adalah 47,8%. Ini membuktikan bahwa baik Hard skill ataupun Soft skill mempunyai pengaruh yang besar terhadap kinerja karyawan.
2. Hard skill dan soft skill secara parsial berpengaruh secara nyata terhadap kinerja karyawan. Pengaruh yang ditunjukkan oleh kedua variabel tersebut cukup besar. Variabel Hard skill mempunyai pengaruh sebesar 0,446 sementara Soft skill mempunyai pengaruh sebesar 0,336. Besarnya pengaruh tersebut menjadi bukti bahwa baik Hard skill ataupun Soft skill sangat dibutuhkan oleh karyawan untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan maksimal.
3. Berbeda dengan yang diharapkan, variabel soft skill tidak berpengaruh dominan terhadap kinerja karyawan, variabel yang dominan justru adalah Hard skill. Kondisi ini dapat dipahami berdasarkan ruang lingkup organisasi sebuah perusahaan tempat dilakukannya penelitian yang  bergerak dalam bidang informasi dan komunikasi serta penyedia jaringan telekomunikasi yang menggunakan teknologi dan inovasi tinggi, serta mempunyai pedoman, standar, dan target kerja tertentu yang harus diimplementasikan oleh para karyawan yang hanya dapat dicapai dengan kemampuan hard skill yang tinggi. Namun demikian kemampuan Hard skill yang tinggi perlu diimbangi dengan kemampuan soft skill, dikarenakan pada organisasi publik karyawan dihadapkan pada upaya melakukan pelayanan yang prima untuk mendukung tujuan organisasi.


Kesimpulan




Soft skill dan Hard skill merupakan dua hal yang saling melengkapi. Keduanya sangat penting bagi kesuksesan di lingkungan kerja yang keras. Hard skill dan soft skill dibutuhkan untuk mengmbangkan kreatifitas masing-masing individu. Kita tidak bias hanya mengandalkan salah satu saja. Keduanya harus seimbang. Hal ini dikarenakan, soft skill dapat mempengaruhi hard skill. Sedangkan terlalu berbangga dengan hard skill akan membuat kita sombong. Untuk itu untuk para calon pegawai kantor mempersiapkan dirinya dengan mengembangkan Hard skill sebagai dasar untuk melamar pekerjaan dan diimbangi dengan Soft skill sebagai landasan untuk melakukan pekerjaan. Dalam dunia perkantoran, seorang pegawai harus memiliki hard skill dan soft skill. Tidak ada yang lebih penting karena keduanya sangat penting untuk dimiliki. Kedua skill ini dapat dilatih agar skill yang dmiliki semakin meningkat. Untuk melatih hard skill, dapat dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan akademis, mengikuti training atau pelatihan yang dilakukan oleh para ahli di bidangnya dan membaca buku. Sedangkan untuk soft skill akan terbentuk oleh keinginan pribadi dan lingkungan sekitar. Soft skill juga dapat dilatih dengan cara mengikuti seminar-seminar manajemen atau seminar motivasi.





Daftar Pustaka

Agustin, V. 2012. Kompetensi Lulusan Sarjana Strata 1 (S1) Psikologi dalam Menghadapi Dunia Kerja Pada Mahasiswa Perguruan Tinggi “X”. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No.1.
Basir, S. 2011. Soft Skill vs Hard skill. Jakarta Timur: Kantor Akuntan Publik Syarief Basir dan Rekan.
Coates, Dennis E. 2007. Enhance the Transfer of Training. America: American Society for Training and Development.
Han, L. (2011, July 01). HARD SKILLS VS. SOFT SKILLS – DIFFERENCE AND IMPORTANCE. Retrieved June 09, 2015, from HARD SKILLS VS. SOFT SKILLS – DIFFERENCE AND IMPORTANCE: https://bemycareercoach.com/soft-skills/hard-skills-soft-skills.html










Hawkins, M. (1999). Leadership Development and Sales Performance
Improvement. Retrieved Juni 09, 2015, from Alpine Link Corporation: www.alpinelink.com
Islami, Faizal Alam. 2012. Analisis Pengaruh Hard skill, Soft Skill, Dan Motivasi Terhadap Kinerja Tenaga Penjualan (Studi Pada Tenaga Kerja Penjualan Pt. Bumiputera Wilayah Semarang. Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Sailah, Illah. 2007. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi. Jakarta: Dikti
Utomo, H. (2010). Kontribusi Soft skill Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan. Among Makarti, Vol.3 No.5 Juli 2010, 96-98.
Wicaksana, I. W. 2012. Softskills. Pengertian Softskill, 4-13.
Widayanti, R. 2010. Pengaruh Hard skill Dan Soft skill Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada PT. Telkom Kandatel Malang). Jurnal Dinamika Dotcom Vol 3. No. 1, 64-66.